Secara perlahan segala keburukan terlihat. Kebaikan tertutup oleh kejahatan. Seiring berjalannya waktu perasaan tipu daya mulai terkuak. Rasa takut kehilangan dan putus asa meraja. Padahal dia tak salah..
Terbaring disini membuatku sadar. Lagi lagi dia yang menyadarkan. Ntah jadi apa aku tanpanya. Tangisan penyesalan atas segala kebodohan mendera hingga tak sadarkan diri. Ternyata dia tetap menemani melalui doanya. Harapan pun tercurah bila ketidakdewasaan membuat kekacauan dan keraguan..
Tampaklah banyak hikmah dari ketidakjujuran. Perasaan menyesal dan menyalahkan diri sendiri seakan momok yang menakutkan. Apa daya semua tlah terjadi. Tapi dia tetap memberikan kepercayaan. Sungguh tragis disaat hidup hanya tinggal hitungan waktu. Berharap usia mengantarkan pada waktu itu. Waktu dimana akhirnya aku akan berkata, nikmatNya yang manakah yang dapat aku dustakan..
Ya, begitulah caranya mencintai. Walau terbukti bersalah dia tetap menghantarkan pada Sang Pemilik Cinta, bahwa hanya kepadaNyalah kita kan kembali..
Lagi lagi dia menyadarkan, kesabaran, keikhlasan, serta rasa syukur terkadang harus dilalui dengan kesakitan terlebih dahulu. Lagi lagi dia menyadarkan bahwa tak ada yang lebih indah dari mencintai seseorang yang senantiasa mengingatkan pada Kekasih sesungguhnya, dan mencintai Kekasihku diatas segalanya sudah seperangkat dengan mencintaimu..
Lalu, akhirnya tersenyum penuh ketenangan, NikmatMu yang Manakah yang Dapat Aku Dustakan? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar